Sunday, April 18, 2010

Perilaku Harga Pasar dan Konsumen - Bab I Pendahuluan

Bab I Pendahuluan

1.1. ILMU EKONOMI

Masalah ekonomi timbul sebagai akibat adanya kenyataan-kenyataan di bawah ini:

1. Jumlah dan macam ragam kebutuhan manusia sangat banyak, dan
2. Alat pemuas kebutuhan, relatif dibandingkan dengan kebutuhan manusia tersebut di alas, sangat terbatas.

Dari mass pra sejarah sampai jaman modern seperti sekarang ini belum pernah di jumpai suatu masyarakat atau suatu bangsa yang kebutuhan hidupnya telah dapat terpenuhi seluruhnya. Masyarakat yang dikatakan masih primitif kebutuhan mereka baik jumlah maupun macamnya relaif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat modern. Akan tetapi oleh karena kemampuannya untuk menghasilkan barang-barang da jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan mereka sangat kecil juga, maka banyak dari kebutuhan mereka yang pemenuhannya terbatas dalam angan-angan mereka belaka.

Dengan semakin majunya peradaban manusia, manusia menjadi semakin cerdas dan semakin banyak slat kapital yang mereka miliki; yang semuanya ini meningkatkan kemampuan mereka dalam menghasilkan barang-barang dan jasa jasa yang selanjutnya dapat mereka pergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi meningkatnya kemampuan mereka menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut hampir senantiasa diikuti, dibarengi, bahkan tidak jarang pula didahului oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Meningkatnya kebutuhan mereka tersebut demikian cepatnya, sehingga bangsa yang paling maju di dunia dewasa ini, masih pula merasakan keterbatasan mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka yang semakin beraneka ragam tersebut.

Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan mereka, maka dengan sadar atau tidak manusia bertendensi untuk bersikap rasional, yaitu sepanjang mereka mempunyai pilihan, mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat sebesar-besarnya dari penggunaan alat pemuas kebutuhan tertentu, atau memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan korban paling kecil di antara pilihanpilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu.

Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia dalam usaha memenuhi kebutuhankebutuhannya mengadakan pemilihan di antara berbagai alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan yang tersedianya relatif terbatas inilah yang kita sebut ilmu ekonomi pemuas atau economics.

1.2. EKONOMI MIKRO DALAM KERANGKA ILMU EKONOMI

Ilmu ekonomi biasa dibagi dalam tiga kelompok dasar, yaitu kelompok ekonomi deskriptif, kelompok teori ekonomi dan kelompok ekonomi terapan. Ekonomi deskriptif atau descriptive economics, mengumpulkan keterangan-keterangan faktual yang relevan mengenai sesuatu masalah ekonomi. Teori ekonomi yang biasa juga disebut economi theory atau economic principles, yang selanjutnya dapat dipecah lagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok teori ekonomi mikro dan kelompok teori ekonomi makro, tugas utamanya ialah mencoba menerangkan secara umum perilaku sistem perekonomian. Apabila yang merupakan materi pembahasan adalah perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang berada di dalam sistem perekonomian, maka teori ekonomi tersebut masuk kategori teori ekonomi mikro. Sedangkan apabila yang merupakan materi pembahasan adalah mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan, maka teori ekonomi tersebut kita kategorikan sebagai teori ekonomi makro. Akhirnya, yang dilakukan oleh ekonomi terapan, atau applied economics ialah menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul
dalam teori ekonomi untuk menerangkan keterangan-keterangan yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif.z Dengan menggunakan kerangka penggolongan ilmu ekonomi tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa materi yang disajikan dalam buku ini kalau dilihat isinya dapat dimasukkan ke dalam kelompok teori ekonomi mikro, yang lazim pula disebut teori harga atau price theory, dan yang biasa juga disingkat ekonomi mikro atau microeconomics.

1.3. PELAKU-PELAKU EKONOMI

Di atas telah disinggung bahwa ekonomi mikro berusaha menerangkan pc•rila!:u prlakupelaku ekonomi. Oleh karena itu ada manfaatnya apabila untuk sejenak perhatian kita, kita arahkan guna mengetahui macam kegiatan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi tersebut dan hubungan-hubungan yang lazim terjadi di antara mereka.
Dalam perekonomian manapun, baik primitif maupun modem, baik kapitalis, sosialis maupun komunis, dapat dibedakan tiga kelompok pengambil keputusan ekonomi yang untuk selanjutnya kita sebut pelaku-pelaku ekonomi atau subyek-subyek ekonomi. Ketiga kelompok pelaku-pelaku ekonomi tersebut ialah:

A. Rumah tangga keluarga
B. Rumah tangga perusahaan
C. Rumah tangga pemerintah

Dari ketiga kelompok tersebut masing-masing mempunyai pola aktivitas ekonomi tertentu yang sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem perekonomian yang berlaku. Pada dasarnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang khas bagi masing-masing golongan pelaku ekonomi tersebut di atas dapat kita ikhtisarkan sebagai berikut:

A. Rumah Tangga Keluarga.

Dalam literatur kelompok pelaku ekonomi ini biasa disebut sebagai household, dan dapat berupa organisasi keluarga atau dapat pula berupa orang perorangan. Orang perorangan kita anggap sebagai rumah tangga keluarga beranggota tunggal. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rumah tangga keluarga pada pokoknya meliputi:

1. menjual atau menyewakan sumber-sumber uaya yang mereka miliki dengan mendapatkan pendapatan yang dapat berupa upah, gaji, sewa, bunga dan laba sebagai hasil penjualan atau hasil persewaan sumber-sumber daya mereka,
2. membayar pajak,
3. membeli dan mengkonsumsi barang-barang dan jasa-jasa pribadi yang dihasilkan oleh rumah-rumah tangga perusahaan, dan
4. memanfaati jasa pemakaian barang-barang dan jasa jasa publik yang disediakan oleh pemerintah.

B. Rumah Tangga Perusahaan

Pelaku-pelaku ekonomi yang tergolong dalam kategori ini mempunyai bentuk yuridis yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk perseroan terbatas, persekutuan komanditer, persekutuan dengan firma, perusahaan perseorangan, perusahaan negara, koperasi dan sebagainya lagi. Rumah-rumah tangga perusahaan, yang dengan singkat kita sebut juga produsen, perusahaan atau badan usaha melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang pada dasarnya ada.ah seperti di bawah ini:

1. membeli sumber-sumber daya dari rumah-rumah tangga keluarga dan rumah tangga pemerintah,
2. membayar pajak,
3. memanfaati barang-barang dan jasa-jasa publik yang disediakan oleh pemerintah, 4. menggunakan sumber-sumber daya seperti dimaksudkan di atas untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa, dan
5. menjual barang-barang dan jasa-jasa yang mereka hasilkan, kepada rumah-rumah tangga keluarga, rumah tangga pemerintah, dan juga kepada sesama rumah tangga perusahaan.

C. Rumah Tangga Pemerintah.

Pelaku ekonomi ini, yang biasa hanya disebut pemerintah, menjalankan macam kegiatan ekonomi seperti berikut:
1. membeh summr-suniL)ei uaya, ~untuk sater.: pereKO.^.C:711a.^. 1C!ta !t`flltalnd ~-uulber daya manusia), barang-barang dan jasa-jasa dari rumah-rumah tangga keluarga dan rumah-rumah tangga perusahaan.
2. dengan sumber-sumber days, barang-barang dan jasa-jasa yang dibelinya, rumah tangga pemerintah menghasilkan serta menyajikan jasa barang-barang publik untuk dapat dimanfaati oleh rumah-rumah tangga keluarga dan rumah-rumah tangga perusahaan,
3. memungut pajak dari rumah-rumah tangga keluarga dan rumah-rumah tangga perusahaan dengan maksud antara lain untuk membiayai pembelian barang-barang, jasa-jasa serta sumber-sumber days yang diperlukan seperti yang dimaksudkan pads butir ke 1 di atas,
4. bertindak sebagai pengatur perekonomian, pemerintah berkewajiban:
(a) mengusahakan pembagian pendapatan nasional yang adil,
(b) mengusahakan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kesempatan kerja yang
tinggi,
(c) mengusahakan tingkat harga yang relatif stabil, dan (d) mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai hubungan-hubungan ekonomi di antara ketiga pelaku ekonomi tersebut, kegiatan-kegiatan ekonomi seperti disebutkan di atas kita ikhtisarkan dalam bentuk lingkaran aliran aktivitas ekonomi yang biasa juga disebut circular flow diagram seperti terlihat pada Gambar 1.3.1.



1.4. MATERI BAHAS EKONOMI MIKRO


Di atas telah diungkapkan bahwa cabang ilmu ekonomi yang dapat kita rebut ilmu ekonomi mikro, teori ekonomi mikro, microeconomics, atau singkatnya ekonomi mikro, biasa didefinisikan sebagai cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari perilaku pelaku-pelaku ekonomi. Apabila kita berpegang teguh pada definisi ini kita harus berkesimpulan bahwa materi-materi ilmu ekonomi mikro berupa perilaku ekonomi rumah tangga keluarga, perilaku ekonomi rumah tangga perusahaan dan perilaku ekonomi rumah tangga pemerintah.

Akan tetapi rupa-rupanya para pemikir ekonomi berfikir pragmatis. Dalam mengisi literatur ekonomi mikro para pemikir ekonomi tidak mau terikat kepada definisi ilmu ekonomi mikro seperti yang mereka lafalkan. Pertama-tama dapat diketengahkan bahwa dengan mendasarkan kepada pertimbangan bahwa transaksi yang dilakukan oleh pemerintah di samping nilainya secara keseluruhan sangat besar juga tujuan utamanya sering-sering adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian, maka kebanyakan pemikir ekonomi tidak memasukkan teori perilaku ekonomi rumah tangga pemerintah ke dalam disiplin ilmu ekonomi mikro.3
Untuk singkatnya di bawah ini secara lebih lengkap diperinci materi babas yang banyak termuat dalam buku-buku teks ekonomi mikro:

1. Teori Konsumen. Bagian daripada ilmu ekonomi mikro ini pada pokoknya membahas perilaku ekonomi rumah-rumah tangga keluarga dalam menggunakan penghasilan mereka yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan memperoleh tingkat kepuasan yang maksimal. Selanjutnya dapat diketengahkan bahwa teori konsumen ini memberi dasar teoritik konsepsi kurva permintaan konsumen, suatu konsepsi yang peranannya sangat besar dalam kita mencoba menerangkan perilaku harga pasar.
2. Teori Badan Usaha. Bagian ini membahas tentang perilaku rumah tangga perusahaan dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan, dalam menentukan harga satuan barang atau jasa yang dihasilkan, dan dalam menentukan kombinasi sumbersumber daya yang dipergunakan dalam proses produksi, yang semuanya ini didasarkan kepada asumsi bahwa yang ingin dikejar oleh rumah tangga perusahaan adalah keuntungan sebesar-besarnya. Teori ini memberikan dasar teoritik konsepsi kurva penawaran produsen.
3. Teori Harga Pasar. Bagian daripada ilmu ekonomi mikro ini pada dasarnya membahas perilaku harga pasar barang-barang dan jasa-jasa. Teori ini, seperti disinggung di atas banyak memanfaati kesimpulan-kesimpulan teoritik teori konsumen dan teori badan usaha, khususnya konsepsi permintaan dan konsepsi penawaran yang dihasilkan oleh kedua teori tersebut.
4. Teori Distribusi Pendapatan. Bagian daripada ilmu ekonomi mikro ini mencoba menerangkan perilaku harga sumber-sumber daya, yang dapat berubah upah untuk sumber daya manusia, bunga modal untuk sumber daya modal, dan sewa untuk sumber daya alam. Teori distribusi pendapatan ini banyak menggunakan kesimpulan teoritik teori rumah tangga perusahaan dan teori perilaku rumah tangga keluarga.
5. Teori Keseimbangan Umum. Teori-teori yang disebutkan di atas, yaitu teori konsumen, teori produsen, teori harga pasar dan teori distribusi pendapatan semuanya didasarkan kepada asumsi tidak adanya saling pengaruh mempengaruhi atau interdependensi antara kegiatan ekonomi pelaku ekonomi yang satu dengan kegiatan ekonomi pelaku ekonomi lainnya. Dunia yang nyata menunjukkan adanya hubungan interdependensi tersebut. Teori ekonomi mikro yang dalam usaha menerangkan pembentukan harga, penentuan kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan dan yang dikonsumsi, dan sebagainya seperti yang telah diuraikan di atas, mengikut sertakan ke dalam analisis unsur saling pengaruh mempengaruhi di antara pelaku-pelaku ekonomi tersebut, biasa disebut analisis keseimbangan umum atau general equilibrium analysis.'
6. Ekonomi Kemakmuran atau Welfare Economics. Teori-teori ekonomi mikro seperti yang kita uraikan di atas, dari butir ke 1 sampai dengan butir ke 5, tidak satupun yang memperhatikan skala preferensi masyarakat. Di lain fihak cabang ilmu ekonomi mikro yang disebut welfare economics, dalam mencoba menerangkan perilaku konsumen, produsen, harga dan sebagainya memperhatikan norma-norma etik masyarakat.

1.5. RENCANA BUKU
Seperti diuraikan pada bagian Pengantar, buku ini disusun dengan tujuan untuk memberikan dasar bagi para pembaca yang ingin menyelami cabang ilmu ekonomi perusahaan yang terkenal dengan sebutan managerial economics. Berbeda dengan mereka yang mengkhususkan diri pada bidang ekonomi umum di mana teori keseimbangan umum dan teori ekonomi kemakmuran tidak boleh diabaikan, untuk mereka yang mengkhususkan diri pada ekonomi perusahaan, penguasaan teori konsumen, teori produsen, teori harga pasar dan teori distribusi pendapatan, kiranya cukup memadai untuk dipergunakan sebagai kebal guna mempelajari managerial economics.
Buku Ekonomi Mikro ini direncanakan terdiri dari dua jilid. Jilid pertama, yaitu buku ini, berisikan teori harga pasar yang mengisi Bagian I, dan teori konsumen yang mengisi Bagian II. Jilid kedua, yang akan diberi judul Ekonomi Mikro: Pengantar Analisis Ekonomi untuk Perusahaan, akan memuat antara lain teori-teori ekonomi mengenai fungsi produksi, fungsi biaya, fungsi pendapatan, bentuk-bentuk asar, dan teori distribusi pendapatan dengan meninjaunya terutama dari segi kepentingan pengambilan keputusan perusahaan.


Download Versi PDF :

Perilaku Harga Pasar dan Konsumen - Bab II Metodologi

Bab II Metodologi

2.1. METODOLOGI ILMU EKONOMI

Seperti telah disinggung di atas, ilmu ekonomi mencoba menerangkan perilaku umat manusia dalam menggunakan alat-alat pemuas kebutuhan yang adanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bisa dikatakan jumlahnya tidak terbatas. Untuk mengetahui bagaimana tugas tersebut dilaksanakan, dalam bab ini kita sajikan beberapa pasal yang menyangkut metodologi.

Gambar 2.1.1. mengkhtisarkan secara garis besar urutan langkah-langkah kegiatan dalam ilmu ekonomi, khususnya yang menyangkut bidang teori. Pertama-tama kita perbicarakan sedikit mengenai dunia nyata. Menurut kenyataan dunia yang nyata amat sangat kompleks. Perbuatan seseorang demikian juga gejala-gejala yang terjadi dalam suatu perekonomian banyak faktor yang ikut mempengaruhi atau bahkan menentukannya. Faktor-faktor seperti misalnya politik, sosial, psikologi dan sebagainya lagi juga besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang atau suatu masyarakat. Teori ekonomi pada azasnya hanya menelaah salah satu dari sekian banyak aspek kehidupan seseorang atau suatu masyarakat, yaitu aspek ekonominya. Ini berarti bahwa kita dapat membedakan aspek-aspek ekonomi dari aspek-aspek lainnya, sekalipun kita tidak memisahkannya.

Oleh karena yang menarik perhatian kita hanyalah aspek ekonomi, maka aspek-aspek lainnya kita abaikan. Inilah yang kita sebut sebagai tindakan abstraksi. Uraian kita pada sub bab 1.3 mengenai pelaku-pelaku ekonomi misalnya, juga merupakan hasil abstraksi kenyataan.

Meskipun semua aspek yang bukan ekonomi, telah kita kesampingkan, namun masalahnya juga sering masih terlalu kompleks untuk bisa diperoleh gambaran yang jelas dan kesimpulan yang berarti, oleh karena pada umumnya tidak sedikit jumlah macam variabel ekonomi yang secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai hubungan dengan masalah-masalah yang kita persoalkan. Oleh karena, itu terpaksa memilih di antara variabel-variabel tersebut mana yang kita perkirakan mempunyai peranan yang besar, dan yang bisa dipakai dalam model analisis ekonomi yang akan kita bentuk. Model analisis ekonomi atau economic model oleh Robert Y. Awh didefinisikan sebagai konstruksi teoritik atau kerangka analitik yang terdiri dari satu rangkaian asumsi-asumsi dari mana kesimpulan-kesimpulan kita turunkan.Di dalam menyusun model analisis ekonomi tersebut kita menentukan asumsi-asumsi mengenai hubunganhubungan di antara variabel-variabel yang kita pilih tersebut.

Langkah selanjutnya ialah, dari asumsi-asumsi yang kita pilih dan kita susun sebagai model ekonomi tersebut kita turunkan kesimpulan-kesimpulan teoritik. Menurunkan kesimpulan-kesimpulan dari hal yang umum ke hal yang khusus biasa disebut melakukan analisis deduksi. Yang dilakukan oleh teori ekonomi mikro pada umumnya hanya sampai dengan langkah ini. Kesimpulan-kesimpulan teoritik ini nantinya dapat pula dipergunakan untuk menyusun model-model analisis ekonomi lainnya.



Kesimpulan-kesimpulan -teoritik yang, dihasilkan tersebut apabila diturunkan secara betul dikatakan berlaku secara abstrak universal, yaitu berlalcti di manapun juga dan bilamanapun juga, asalkan dipenuhi syarat-bahwa kenyataan datam dunia-riyata sejalan dengan asumsi-asumsi yang terbentuk dalam model analisis ekonomi yang kita pakai. Apabila 'ternyata asumsi yang kita pakai tidak sesuai dengan dunia nyata, maka hasil kesimpulan yang kita turunkan tendensinya juga men'yimpang dari kenyataan: Sebagai contoh misalnya saja:

Dengan menggunakan asumsi bahwa rumah tangga perusahaan selalu berusaha memaksimumkan keuntungan, kita sampai pada kesimpulan bahwa meningkatnya permintaan akan produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan akan mengakibatkan bertambah besarnya keuntungan yang diperoleh atau bertambah kecilnya kerugian yang diderita oleh perusahaan bersangkutan.

Bisa saja terjadi bahwa karena sesuai hal sebuah rumah tangga perusahaan tidak bersikap rasional hingga meningkatnya permintaan akan produk yang dihasilkannya tidak mengakibatkan meningkatkan keuntungan hal mana misalnya disebabkan tambahan hasil penjualan dipergunakan untuk membiayai bertambahnya jumlah karyawan perusahaan.

Apabila banyak kesimpulan-kesimpulan teoritik yang menyimpang dari kenyataan, maka kalau kita tidak hati-hati, kita dapat mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang hasilnya justru berlawanan dengan yang kita harapkan. Oleh karena itu kita perlu menguji validitas daripada teori dengan cara membandingkan kesimpulan-kesimpulan teoritik dengan dunia empirik. Pengujian teori tidak semudah yang kita ungkapkan, oleh karena sekali lagi dunia yang nyata sangat kompleks. Pada umumnya buku teks ekonomi mikro tidak mempersoalkan hal ini. Akhirnya dapat disebutkan di sini bahwa metode-metodeyang banyak dipakai dalam melaksanakan pengkajian teori ekonomi secara empirik dapat diperoleh dalam literatur statistik ekonomi dan di bidang ekonometrika.

2.2. ASUMSI-ASUMSI YANG DIPAKAI TEORI EKONOMI MIKRO

Di atas telah disebutkan bahwa teori ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro, bekerja dengan menggunakan asumsi - asumsi. Dari asumsi-asumsi tersebut ada yang berlaku sangat umum dalam arti dipakai.oleh teori ekonomi, baik teori ekonomi mikro saja atau oleh teori ekonomi makro saja; dan akhirnya ada pula yang hanya dipakai untuk bagian-bagian tertentu ekonomi mikro maupun bagian-bagian tertentu ekonomi mikro. Di bawah ini disajikan sedikit uraian mengenai beberapa asumsi yang mendasari kebanyakan teori-teori ekonomi mikro.

A. Asumsi Umum. Asumsi asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro maupun kebanyakan teori ekonomi lainnya:

1. Asumsi Rasionalitas. Asumsi ini berlaku untuk semua; teori ekonomi. Pelaku ekonomi yang diasumsikan bersikap rasional biasa disebut juga homo ekonomikus atau economic man. Penggunaan asumsi ini pada teori konsumen terwujud dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga keluarga senantiasa berusaha memaksimurnkan kepuasan; yaitu yang dalam literatur terbiasa dengan sebutan utiliy maximization assumption. Sebaliknya dalam Teori rumah tangga perusahaan, asumsi yang sama terjelma dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga perusahaan senantiasa berusaha memperoleh keuntungan sebesar~besarnya. Asumsi ini dalam literatur dikenal sebagai profit maximization, assumption.

2. Asumsi Ceteris Paribus Sebutan lain untuk asumsi,ini ialah asumsi other things being equal atau lain-lain hal tetap sama atau lain-lain hal tidak berubah. Yang dikehendaki oleh asumsi ini ialah bahwa yang mengalami perubahan hanyalah variabel yang secara eksplisit dinyatakan berubah, sedangkan variabel-variabel lain yang tidak disebutkan berubah, sepanjang dalam model analisis tidak diasumsikan sebagai varibel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain harus dianggap tidak berubah.

3. Asumsi Penyederhaan. Meskipun asbtraksi sudah banyak sekali, mengurangi kompleksnya permasalahan, agar supaya
permasalahnnya lebih mudah dianalisis dan difahami, sering-sering kita perlu menyederhanakan persoalan ini lebih lanjut. Misalnya saja menurut kenyataan jumlah macam barang dan jasa yang dihadapi rumah tangga keluarga tidak terhitung banyaknya. Akan tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya pada Bab X, penggunaan analisis 'indiferen untuk menerangkan teori permintaan, jumlah macam barang yang bisa termuat dalam grafik paling banyak hanya dua. Ini memaksa kita menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya menghadapi dua macam barang atati jasa.

B. Asumsi Khusus Ekonomi Mikro

Sebetulnya tidak banyak asumsi yang hanya dipergunakan oleh teori ekonomi mikro, dalam arti tidak dipergunakan sama sekali oleh teori ekonomi mikro. Hal ini kiranya mudah difahami kalau kita ingat bahwa yang membentuk perilaku perekonomian sebagai suatu keseluruhan tidak lain adalah perilaku para pelaku ekonomi itu sendiri, dengan demikian tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bahwa teori ekonomi makro banyak menggunakan teori-teori atau kesimpulan-kesimpulan teoritik ekonomi mikro sebagai dasar analisisnya.

Oleh karena itulah maka yang kita maksud dengan asumsi khusus teori ekonomi mikro, hanyalah terbatas kepada asumsi-asumsi yang banyak dipakai oleh ekonomi mikro akan tetapi tidak selalu dipakai oleh teori-teori ekonomi yang lain. Dengan menggunakan batasan ini kita dapat menyebut beberapa contoh asumsi khusus teori ekonomi mikro. Antara lain yang penting ialah asumsi ekuilibrium parsial dan asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian.

1. Asumsi ekuilibrium parsial. Untuk sebagian besar model-model analisis ekonomi mikrosepcrti juga halnya dengan seluruh isi buku ini, didasarkan kepada asumsi berlakunya ekuilibrium parsial, yang mengasumsikan tidak adanya hubungan timbal balik antara perbuatan-perbuatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi dengan perekonomian dimana pelaku-pelaku ekonomi tersebut berada: Misalnya saja, sebagai akibat berubahnya cita rasa, para konsumen tiba-tiba mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau tidak dipergunakan asumsi ekuilibrium parsial, maka dalam kita nembuat analisis kita harus memperhitungkan pengaruh penurunan pengeluaran konsumsi tersebut terhadap pendapatan nasional, yang seterusnya juga terhadap pendapatan mereka, dan yang selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap pola pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan menggunakan asumsi ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita perhatikan.

2. Asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian. Kelak kita akan menyaksikan misalnya, apabila harga suatu barang mengalami perubahan, maka berapapun kecilnya perusahaan tersebut, selalu diasumsikan bahwa konsumen melaknsakan penyesuaian tersebut. Faktor-faktor, seperti misalnya faktor psikologi, sosiologi, politik dan sebagainya, dapat merupakan penghambat terhadap penyesuaian tersebut. Misalnya meskipun kita tahu bahwa dengan menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan meningkat dengan cara mengurangi konsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang Z, namun tidak dapat dijamin bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut. Misalnya saja dikarenakan toko langganan kita tidak menjual barang Z, mungkin kita enggan untuk mengadakan penyesuaian tersebut. Dalam teori ekonomi mikro kita mengasumsikan bahwa hambatan-hambatan terhadap penyesuaian tersebut tidak ada.

C. Asumsi khusus model analisis ekonomi mikro

Di samping menggunakan asumsi umum teori ekonomi dan asumsi-asumsi khusus teori ekonomi mikro, seperti yang telah diuraikan di atas, kita juga menggunakan asumsi-asumsi yang lebih khusus lagi yaitu asumsi-asumsi yang hanya dipergunakan dalam model-model analisis tertentu. Asumsi-asumsi ini akan diuraikan pada waktu teori-teori atau model-model analisis bersangkutan kita bahas.


Download Versi PDF :

Perilaku Harga Pasar dan Konsumen - Bab III Permintaan

3.1. KURVA PERMINTAAN INDIVIDUAL

Yang dimaksud dengan kurva permintaan individual akan sesuatu barang ialah suatu kurva atau suatu daftar yang menunjukkan jumlah-jumlah suatu barang untuk setiap satuan waktu yang oleh seorang konsumen ingin dan sanggup untuk membelinya ingin mengetahui kurva permintaan konsumen A akan beras, kita dapat memperolehnya dengan cara menyodorkan daftar seperti terlihat pada Tabe13.1.1 untuk diisi oleh konsumen A tersebut.


Kolom 1 tabel ini kita isi dengan sejumlah kemungkinan harga beras. Kolom 2 diisi oleh konsumen A. Setelah tabel tersebut kolom 2 nya telah terisi, maka tabel tersebut sudah merupakan apa yang oleh para ahli ekonomi dianamakannya sebagai tabel permintaan
konsumen individual, yang dalam contoh di atas adalah tabel permintaan individual konsumen A akan beras.

Di samping dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, permintaan akan suatu barang dari seorang konsumen dapat pula diungkapkan dalam bentuk grafik atau dalam bentuk persamaan matematika. Kalau dalam bentuk tabel permintaan akan suatu barang sering disebut skedul permintaan atau demand schedule, atau juga bisa hanya disebut tabel permintaan. Kalau sebuah permintaan diungkapkan dalam bentuk grafik tepatnya disebut kurva permintaan, atau garis permintaan apabila permintaan diungkapkan dalam bentuk persamaan matematika seharusnya persamaan matematika tersebut dapat disebut sebagai fungsi permintaan.


Akan tetapi rupa-rupanya para ahli ekonomi berfikir pragmatis. Sepanjang yang dimaksud sama, istilah manapun boleh dipakai. Dengan sikap tersebut para ahli ekonomi kelihatannya paling suka menggunakan istilah-istilah kurva permintaan dan skedul permintaan. Istilah-istilah lainnya relatif jarang dipakai. Khusus untuk istilah fungsi permintaan perlu sekali dimintakan perhatian di sini bahwa seyogyanya tidak dipergunakan untuk menggantikan istilah kurva atau skedul permintaan. Adapun sebabnya ialah istilah fungsi permintaan oleh para ahli ekonomi dipergunakan dalam artian yang sedikit berbeda dengan istilah kurva permintaan. Kalau kurva atau skedul permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga satuan barang tersebut, fungsi permintaGi, menghubungkan kuantitas yang diminta di samping dengan harga barang tersebut juga dengan faktor-faktor lainnya yang besar pengaruhnya terhadap jumlah barang yang konsumen ingin dan sanggup untuk membelinya, seperti misalnya, pendapatan konsumen yang bersangkutan, harga barang pengganti, harga barang komplementer dan cita rasa atau kesukaan si konsumen.

Dalam bentuk grafik,kurva permintaan konsumen A akan beras terlihat sebagai garis DDZ Gambar 3.1.1. Seperti halnya dalam kebanyakan literatur pada gambar tersebut sumbu vertikal dipergunakan untuk mengukur harga satuan barang bersangkutan, sedangkan sumbu horisontalnya dipakai untuk mengukur kuantitas barang yang bersangkutan.

Sumbu vertikal, oleh karena merupakan skala harga per satuan atau per unit barang, kita tandai dengan tanda Rp/Z, atau kadang-kadang hanya kita tulis HZ, atau bahkan hanya H, di mana H merupakan singkatan harga. Untuk mudahnya Z kita pergunaan sebagai barang yang kita permasalahkan. Jadi yang kita sebut barang Z dapat pisang goreng, dapat baju, dapat sepeda, dapat jasa hiburan, dan seterusnya. Dalam contoh Tabel 3.1.1 yang dimaksud barang Z di sini adalah beras. Oleh karena pada kolom harga Tabe13.1.1 harga dinyatakan per kologram, maka tanda Rp/Z pada sumbu vertikal Gambar 3.1., dapat pula diganti dengan tanda Rp/kg beras; yang maknanya yaitu harga dinyatakan dalam rupiah untuk tiap kologram beras.

Sumbu horisontal, di lain fihak, dipergunakan sebagai skala kuantitas. Pada gambar tersebut kita lihat tanda Z/s.w., yang cara membacanya ialah jumiah barang Z per satuan waktu. Kalau sumbu harga tentu saja dinyatakan dalam rupiah, yang oleh karenanya kita tandai Rp/Z; sumbu kuantitas dengan sendirinya dinyatakan dalam satuan fisik, yaitu misulnya dalam meter, desimeter, kilogram, kuintal, liter, mililiter, hektar, ekor, buah, biji, dan sebagainya lagi. Tetapi untuk mudahnya dalam literatur teori ekonomi biasanya tidak disebutkan. Tanda s.w. adalah singkatan satuan waktu. Satuan waktu ini dapat satu tahun, satu bulan, satu semester, satu jam, satu minggu clan sebagainya. Meskipun dalam literatur sering tidak disebut-sebut, namun dalam praktek kita tidak boleh melupakannya. Sebab kalau kita melupakannya, maka kurva permintaan yang kita perbincangkan tidak mempunyai arti sama sekali. Misalnya saja kalau ada pernyataan "Si A konsumsi berasnya tiga kilogram". Dari pernyataan ini kita tidak dapat menyimpulkan apakah si A makannya luar biasa banyaknya, ataukah luar biasa sedikitnya, ataukah biasa, sebab kita tidak tahu apakah 3 kilogram tersebut per hari, per triwulan atau per tahun. Kalau satuan waktunya disebutkan, barulah pernyataan tersebut mempunyai arti. Yaitu apakah satuan waktunya satu hari, kita dapat mengatakan bahwa si A makannya nasi luar biasa banyaknya. Kalau suatu waktunya satu minggu, kesimpulan kita ialah si A makannya nasi cukupan, tidak luar biasa. Tetapi kalau satuan waktunya satu bulan atau lebih, kita bisa mengatakan bahwa si A makannya nasi luar biasa sedikitnya.

3.2. BENTUK-BENTUK KURVA PERMINTAAN

Kurva permintaan dalam contoh Tabe13.1.1 dan Gambar 3.1.1 menggunakan asumsi bahwa hubungan antara jumlah barang Z yang diminta dengan harga per unit barang Z adalah negatif dalam arti bahwa lebih tingginya harga barang Z mengakibatkan iebih sedikitnya jumlah barang Z yang diminta, dan sebaliknya menurunnya harga barang Z mengakibatkan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta. Dalam dunia yang nyata boleh dikatakan bahwa kurva permintaan konsumen individual untuk hampir semua barang dan jasa berlaku hubungan yang negatif antara perubahan harga dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Hukum ekonomi yang mengungkapkan kenyataan ini biasa disebut sebagai hukum permintaan atau the law of demand. Kurva-kurva permintaan konsumen individual AA, BB, CC, DD dan EE pada Gambar 3.2.1 semuanya memenuhi hukum permintaan tersebut, mengingat bahwa masing-masing kurva permintaan tersebut bentuknya ke kanan menurun. Selanjutnya perlulah kiranya diketengahkan di sini bahwa untuk selanjutnya apabila kita menjumpai ungkapan kurva permintaan dengan bentuk normal, yang kita maksud ialah kurva-kurva permintaan yang memenuhi hukum permintaan tersebut.

Kurva-kurva permintaan yang tergolong sebagai menyimpang dari hukum permintaan kemungkinan ada tiga yaitu:

1. Kurva Permintaan Sejajar dengan Sumbu Harga. Pada Gambar 3.2.2 kurva permintaan FF memenuhi syarat ini. Kalau kita sudah sampai pada uraian mengenai elastisitas kita kan mengetahui bahwa kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu harga disebut sebagai kurva permintaan inelastik sempurna.
Kurva permintaan konsumen individual yang inelastik sempurna ini banyak kita jumpai dalam dunia yang nyata dengan catatan bahwa kemungkinan-kemungkinan harga yang jauh di atas harga yang berlaku tidak turut diperhitungkan dalam penggambaran kurva permintaan tersebut. Misalnya saja kurva konsumen individual akan beras. Untuk konsumen yang pendapatannya rendah, kenaikan harga beras bertendensi mengurangi jumlah beras yang diminta. Sebaliknya m rnurunnya harga beras bertendensi menaikkan jumlah beras yang diminta. Jadi dengan perkataan lain untuk para konsumen yang tergolong dalam kelompok konsumen ini berlaku hukum permintaan. Tidak demikian halnya dengan konsumen yang penghasilannya tinggi. Dengan harga beras yang berlaku konsumsi berasnya sudah mencapai titik jenuh, sehingga menurunnya harga beras tidak akan mempengaruhi jumlah beras yang ia minta. Ini berarti bahwa harga-harga di bawah harga yang sekarang berlaku kurva permintaan akan beras konsumen tersebut sejajar dengan sumbu harga. Apakah sejajarnya dengan sumbu harga ini berlaku juga untuk harga-harga di atas harga yang berlaku? Ini juga sebagian besar tergantung kepada pendapatan konsumen. Semakin tinggi pendapatan konsumen tendensinya semakin panjang bagian daripada kurva permintaannya yang sejajar dengan sumbu harga. Akan tetapi bagaimanapun tinggi pendapatan seseorang, tetap adabatasnya. Oleh karena itu kita tidak dapatmengharapkan untuk menemukan kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu harga ke atas tanpa batas. Mulai harga tertentu pastilah kurva permintaan tersebut berbelok mendekat ke sumbu harga, dan akhirnya berimpit dengan sumbu harga. Sebaliknya semakin rendah pendapatan konsumen tendensinya semakin pendek bagian daripada kurva permintaannya yang sejajar dengan sumbu harga. Untuk mereka-Yang pendapatannya rendah bahkan dapat terj adi seluruh bagian kurva permintaai n i?erlaku hukum permintaan dan tidak ada bagian yang sejajar dengan sumbu harga.

2. Kurva Permintaan Mempunyai Bentuk ke Kanan Naik. Hubungan antara Farga dengan kuantitas dalam kasus ini adalah positif. Pada Gambar 3.2.2 kurva permintaan yang memenuhi ketentuan ini ialah kurva permintaan GG. Salah satu kurva permintaan yang berbentuk demikian ialah kurva permintaan akan barang Gi,ffen. Sir Robert Giffen (1837-1910) pertama kali menemukan kenyataan bahwa meningkatnya harga kentang mengakibatkan bertambahnya jumlah kentang yang dikonsumsi masyarakat. Sebaliknya menurunnya harga kentang mengakibatkan berkurangnya jumlah kentang yang dikonsumsi masyarakat. Kasus yang diketemukan oleh Giffen ini terdapat di Irlandia. Oleh karena kasus ini berlawanan dengan hukum permintaan yang berlakunya sangat umum, maka kasus tersebut terkenal d°ngan sebutan Giffen paradox. Paradox Giffen ini terjadinya dapat diuraikan s: bagai berikut. Pada waktu itu kentang bagi masyarakat Irlandia merupakan bahan makanan yang menguasai sebagian besar pendapatan mereka yang pada waktu itu masih sangat rendah. Dengan menurunnya harga kentang, maka jumlah uang yang dipergunakan untuk membeli kentang berkurang. Ini memungkinkan mereka mengalihkan sebagian dari pendapatannya untuk membeli daging. Dengan perut mereka yang besarnya terbatas maka konsumsi daging yang meningkat tersebut menyebabkan konsumsi kentang mereka kurangi. Kebanyakan pengamat ekonomi berpendapat bahwa dalam perekonomian modern seperti sekarang ini kasus barang Giffen tidak lagi mudah kita jumpai, sekalipun barang-barang inferior yang bukan barang Giffen masih, dan mungkin juga untuk waktu-waktu mendatang, tetap banyak kita jumpai.
3. Kurva Permintaan Sejajar dengan Sumbu Kuantitas. Dalam Gambar 3.2.2 kurva permintaan yang memenuhi ketentuan ini ialah kurva permintaan HH. Nanti kalau kita sudah sampai kepada permasalahan tentang elastisitas kita akan menemukan bahwa kurva permintaan yang sejajar dengan sumbu kuantit\as biasa disebut kurva permintaan elastik sempurna. Kurva permintaan konsumen individual tidak mungkin mempunyai bentuk sejajar dengan sumbu kuantitas, mengingat bahwa dengan pendapatan yang jumlahnya terbatas dan bentuk kurva guna batas yang dimiliki konsumen yang menurun tidak memungkinkan konsumen yang rasional bertindak demikian.

Sebelum kita meninggalkan uraian mengenai bentuk-bentuk kurva permintaan, perlu kiranyadicatat bahwa terlepas daripada kenyataan-kenyataan di atas, dalam kebanyakan lieteratur diasumsikan bahwa disamping kurva-kurva permintaan seperti yang terlukis pada Gambar 3.2.1, kurva permintaan dengan bentuk vertikal sejajar dengan sumbu harga, dan juga kurva permintaan dengan bentuk horisontal sejajar dengan sumbu kuantitas digolongkan sebagai kurva-kurva permintaan berbentuk normal. Untuk selanjutnya, kita juga akan menggunakan kebiasan tersebut.

3.3. PERMINTAAN LA WAN JUMLAH YANG DIMINTA

Dalam percakapan sehari-hari kita jarang membedakan antara permintaan dengan jumlah yang diminta. Akan tetapi dalam kita menganalisis masalah-masalah ekonomi pembedaan antara permintaan dengan jumlah yang diminta relevan sekali. Sebab menurut pengertian ekonomi dapat terjadi permintaan bertambah tetapi jumlah yang diminta berkurang. Demikian pula sebaliknya dapat terjadi permintaan berkurang tetapi jumlah yang diminta bertambah.
Dalam ilmu ekonomi yang dimaksud dengan permintaan adalah seluruh bagian dari sebuah kurva permintaan. Permintaan akan suatu barang dikatakan berubah apabila kurva permintaan mengalami perubahan. Apabila kurva permintaan tidak mengalami perubahan dikatakan tidak ada perubahan permintaan. Apabila kurva permintaan tidak mengalami perubahan, dalam arti tidak bergeser ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, yang mungkin berubah adalah kuantitas yang diminta. Dalam hal ini kuantitas yang diminta mengalami perubahan sebagai akibat daripada adanya perubahan harga barang tersebut, dan bukan sebagai akibat berubahnya permintaan. Untuk jelasnya kita perhatikan Gambar 3.1. dan Gambar 3.3.2.

Dalam Gambar 3.3.1 di mana DDZ merupakan garis permintaan seorang konsumen akan barang Z dinyatakan dalam satuan waktu mingguan. Kalau harga per unit barang Z yang harus dibayar konsumen tersebut Rp 300 per kilogramnya, maka konsumen tersebut akan membeli barang Z sebanyak 4 kilogram tiap minggunya. Sekarang kalau harga perkilogramnya naik menjadi Rp 400 maka jumlah barang Z yang akan dibeli oleh konsumen tersebut per minggunya akan menurun menjadi 2 kilogram. Sebaliknya apabila harga turun menjadi Rp 200 per kilogram, konsumen tersebut akan membeli 6 kilogram untuk setiap minggunya. Dalam kejadian-kejadian seperti ini jumlah barang Z yang dibeli oleh konsumen tersebut berubah-ubah sebagai akibat daripada perubahan harga barang bersangkutan, sedangkan garis permintaannya itu sendiri tidak mengalami perubahan, yaitu tetap DDZ. Kejadian seperti inilah yang kita sebut perubahan jumlah barang Z yang diminta dan bukan perubahan permintaan akan barang Z. Selama garis permintaan itu tidak bergeser dari tempatnya yang semula permintaan tidak mengalami perubahan.

Sekarang kita beralih pada Gambar 3.3.2 di mana D 1 D 1 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 1, D2D2 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 2, dan D3D3 merupakan garis permintaan akan barang Z pada periode ke 3.

Pada gambar tersebut bergesernya garis permintaan dari D 1 D 1 ke D2D2 merupakan perubahan permintaan. Oleh karena bergesernya ke kanan, atau dapat juga dikatakan ke atas, yang dengan perkataan lain menjauhi titik silang sumbu 0, dikatakan bahwa permintaan akan barang Z bertambah, yaitu dari D 1 D 1 ke D2D2. Sebaliknya kalau bergeser ke kiri, atau dapat pula dikatakan bergeser ke bawah, yaitu bergeser mendekat ke titik silang sumbu 0, yang dalam contoh kita terjadi di antara periode ke 2 dan ke 3, dikatakan bahwa permintaan akan barang Z berkurang, yaitu dari D2D2 ke D3D3.

Mengenai apakah bertambahnya atau meningkatnya permintaan akan barang Z akan diikuti atau disertai dengan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta tergantung kepada apakah meningkatnya permintaan tersebut disertai dengan perubahan harga barang Z ataukah tidak. Dengan menggunakan asumsi ceteris paribus atau lain-lain hal tidak berubah dapat dikatakan bahwa dengan meningkatkan permintaan akan barang Z berarti:
(1) pada harga yang sama jumlah barang Z yang diminta lebih banyak daripada sebelumnya, dan
(2) untuk membeli barang Z dengan jumlah yang sama konsumen mau membelinya dengan harga yang lebih tinggi daripada sebelumnya.

Dengan menggunakan Gambar 3.3.2 pernyataan (1) dapat kita saksikan, bahwa dengan meningkatnya permintaan akan barang Z dari DA ke DZD2, dengan harga satuan barang Z yang tidak berubah setinggi OHt mengakibatkan jumlah barang Z yang dibeli bertambah dari semula sebanyak OZI unit sekarang menjadi OZZ unit. Selanjutnya pernyataan (2) dapat kita tunjukkan bahwa dengan bergesernya kurva permintaan akan barang Z tersebut untuk memperoleh kuantitas barang Z yang jumlahnya sama sebesar OZt unit, konsumen yang semula hanya mau membayarnya dengan harga OH, , sekarang mau membayarnya dengan harga OHZ rupiah per unit.

3.4. BEBERAPA PENYEBAB PERUBAHAN PERMINTAAN

Sesudah kita mengetahui perbedaan antara perubahan jumlah barang yang diminta dengan perubahan permintaan, langkah selanjutnya ialah meneliti tentang faktor-faktor penyebab berubahnya permintaan. Dengan perkataan lain apa yang kita cari ialah kejadiankejadian yang dapat mengakibatkan bergesernya kurva permintaan ke kanan atau ke kira, ke atas atau ke bawah. Di bawah ini secara singkat diuraikan mengenai kejadiakrkejadian tersebut.

1. Perubahan Pendapatan Konsumen. Untuk barang-barang yang normal, bertambah besarnya pendapatan yang diperoleh konsumen bertendensi mengakibatkan bergesernya kurva permintaan konsumen tersebut ke kanan. Menurunnya pendapatan si konsumen sebaliknya bertendensi menyebabkan bergesernya kurva permintaan konsumen tersebut ke kiri. Hanya untuk barang-barang yang inferior, yaitu barang konsumsi yang tidak disukai oleh konsumen dan hanya dikonsumsi kalau terpaksa, meningkatnya pendapatan konsumen bertendensi mengakibatkan menurunnya permintaan akan barang inferior tersebut. Misalnya untuk kebanyakan penduduk Indonesia, ketela merupakan bahan makanan pokok yang tidak begitu disukai. Dengan pendapatan yang rendah seorang konsumen terpaksa mengkonsumsi ketela sebagai bahan makanan pokok. Dengan meningkatnya pendapatan yang ia peroleh ia akan mengurangi permintaannya akan ketela. Ia berangsung-angsur menggantikan konsumsi ketelanya dengan konsumsi beras. Inferior tidaknya suatu barang merupakan suatu pengertian nisbi. Kita dapat mengatakan bahwa untuk bepergian dari Yogya ke Jakarta misalnya, jasa kereta api kelas III adalah inferior terhadap jasa kereta api kelas II, tetapi jasa kereta api kelas II ini adalah inferior juga yaitu terhadap jasa kereta api kelas I. Selanjutnya jasa kereta api kelas I adalah inferior terhadap jasa angkutan udara kelas ekonomi. Demikian seterusnya. Seorang konsumen dengan pendapatannya yang terhitung tidak tinggi misalnya dalam pengkonsumsian jasa pengangkutan berada pada pemilihan antara jasa pengangkutan kereta api kelas III dan kelas II. Apabila pendapatannya suatu ketika menurun, maka permintaan akan jasa kereta api kelas III akan naik, sedangkan permintaan akan jasa kereta api kelas II menurun. Pada waktu yang sama konsumen lainnya berada pada pilihan antara jasa kereta api BIMA kelas I dan angkutan udara kelas ekonomi. Meningkatnya pendapatan konsumen tersebut bertendensi mengakibatkan bergesernya permintaan akan karcis pesawat terbang ke kanan dan bergesernya permintaan akan karcis kereta api BIMA kelas I ke kiri.

2. Perubahan Harga Barang Pengganti. Sebagai alat pemuas kebutuhan makan, daging ayam dan daging sapi bagi kebanyakan konsumen merupakan dua barang yang mempunyai hubungan substitusi, dalam arti bahwa daging ayam dapat menggantikan daging sapi sebagai lauk, atau sebaliknya daging sapi dapat menggantikan daging ayam sebagai lauk. Apabila demikian, maka dengan menurunnya harga daging ayam, permintaan akan daging sapi bertendensi menurun. Sebaliknya dengan meningkatnya harga daging ayam, maka kurva permintaan akan daging sapi akan bergeser ke kanan. Dari contoh-contoh ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa apabila barang Y merupakan barang pengganti barang Z maka menurunnya harga barang Y akan mengakibatkan berkurangnya permintaan akan barang Z. Sebaliknya meningkatnya harga barang Y mempunyai tendensi mengakibatkan meningkatnya permintaan akan barang Z.

3. Perubahan Harga Barang Komplementer. Film dan alat pemotret misalnya, dikatakan mempunyai hubungan komplementer. Untuk menggunakan film diperlukan alat pemotret, sebaliknya alat pemotret tanpa adanya film tidak akan berfungsi. Mengingat akan adanya hubungan yang komplementer tersebut dapat diramalkan bahwa meningkatnya harga film akan menyebabkan berkurangnya permintaan akan alat pemotret. Sebaliknya, apabila harga alat pemotret menjadi lebih mahal dibandingkan dengars sebelumnya, maka kurva permintaan akan film mempunyai tendensi untuk bergeser ke kiri.

4. Perubahan Cita Rasa Konsumen. Cita rasa atau selera konsumen, mungkin disebabkan oleh perubahan umur, perubahan pendapatan, perubahan lingkungan dan sebagainya dapat mengalami perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa meningkatnya kegemaran konsumen akan suatu barang atau jasa, dapat pula berupa menurunnya kegemaran tersebut. Menurunnya kegemaran akan suatu barang dengan sendirinya akan tercermin oleh bergesernya kurva permintaan konsumen individual tersebut ke kiri. Sebaliknya meningkatnya kegemaran akan suatu barang bagi seorang konsumen akan tercermin dalam bentuk bergesernya kurva permintaan akan barang tersebut ke kanan.
Dengan diketahuinya kejadiari-kejadian yang dapat menyebabkan bergesernya kurva permintaan konsumen individual ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke bawah, mudahlah kiranya difahami beberapa kesimpulan di bawah ini:

1. Dengan harga baarang Z yang tidak berubah, meningkatnya pendapatan yang diterima oleh seorang konsumen bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut bertambah. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya jumlah pendapatan seorang konsumen bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut berkurang. Pernyataan ini berlaku selama barang Z merupakan barang normal. Untuk barangbarang inferior yang berlaku adalah sebaliknya.

2. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya harga barang pengganti barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh seorang konsumen berkurang. Sebaliknya dengan harga barang Z yang tidak berubah, meningkatnya harga barang pengganti terhadap barang Z akan mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen bertambah.

3. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, menurunnya harga barang yang mempunyai hubungan komplementer dengan barang Z bertendensi mengakibatkan bertambahnya jumlah barang Z yang diminta oleh seorang konsumen. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, meningkatnya harga barang yang mempunyai hubungan komplementer dengan barang Z bertendensi mengakibatkan berkurangnya jumlah barang Z yang diminta.

4. Dengan harga barang Z yang tidak berubah, bertambahnya kegemaran konsumen akan barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang yang diminta oleh konsumen tersebut bertambah. Sebaliknya, dengan harga barang Z yang tidak berubah, kekurangan kegemaran seorang konsumen akan barang Z bertendensi mengakibatkan jumlah barang Z yang diminta oleh konsumen tersebut berkurang.

3.5. CATATAN MATEMATIKA

Seperti di atas telah kita singgung bahwa paling sedikit tersedia empat cara untuk mengungkapkan kurva permintaan, yaitu dengan menggunakan kata-kata, dengan menggunakan tabel, dengan menggunakan grafik clan yang terakhir ialah dengan menggunakan persamaan matematika. Dari ke empat cara tersebut masing-masing di samping mempunyai beberapa kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan. Tiga di antara cara tersebut sudah kita uraikan dan pula sudah banyak kita pergunakan. Yang perlu kita uraikan sekarang ialah cara yang ke empat, yaitu menggunakan persamaan matematika.
Kurva permintaan yang mempunyai bentuk garis lurus dalam bentuk persamaan garis dapat diungkapkan sebagai berikut:

Apabila Z, menunjukkan kuantitas barang Z yang diminta pada harga satuan setinggi H, dan ZZ menunjukkan kuantitas barang Z yang diminta pada harga satuan setinggi H2, maka dengan menyelesaikan pasangan persamaan ganda:

kita dapat menemukan nilai Zo dan a.

Untuk jelasnya kita perhatikan kurva permintaan DDZ pada Gambar 3.1.1. Oleh karena kurva permintaan ini juga mempunyai bentuk garis lurus, maka untuk menemukan persamaan garis kurva permintaan tersebut kita cukup mengambil dua titik kedudukan pada kurva permintaan DDZ. Misalnya saja kita ambil titik d di mana H = 300, Z= 10 dan titik h di mana H = 700, Z = 2. Kalau angka-angka ini kita masukkan ke dalam pasangan persamaan (3.5.2) kita menemukan:

Kalau pasangan persamaan ganda ini kita selesaikan, kita menemukan

Z = 16 dan a = -0,02

Ini berarti bahwa kurva permintaan DDz mempunyai persamaan garis:


Download Versi PDF :

Perilaku Harga Pasar dan Konsumen - Bab IV Penawaran

4.1. KURVA PENAWARAN INDIVIDUAL

Yang dimaksud dengan kurva penawaran produsen individual, yang dapat pula kita sebut secara lebih singkat kurva penawaran individual akan sesuatu barang adalah kurva yang menunjukkan jumlah-jumlah barang tersebut untuk setiap satuan waktu yang sebuah rumah tangga perusahaan ingin dan sanggup untuk menghasilkan dan menjualnya pada berbagai kemungkinan harga barang bersangkutan.

Seperti halnya dengan kurva permintaan, kurva penawaran dapat pula diperoleh dengan cara menyodorkan tabel seperti terlihat pada Tabel 4.1.1 yang kolom (2)nya diisi oleh pihak perusahaan bersangkutan. Kalau hasil pengisian terlihat seperti Tabel 4.1.1 tersebut, maka ini berarti bawah kita telah menemukan kurva atau skedul penawaran individual barang Z perusahaan Firma Anda.

Tidak berbeda dengan kurva permintaan, kurva penawaran juga dapat diungkapkan dalam bentuk tabel, dalam bentuk graft atau dalam bentuk persamaan matematik. Kurva penawaran akan barang Z Firma Anda, kalau dinyatakan dalam bentuk grafik terlihat dalam Gambar 4.1.1 sebagai kurva SSZ.

4.2. PENAWARAN LAWAN JUMLAH YANG DITAWARKAN

Pada waktu kita menerangkan permintaan, kita membedakan antara berubahnya permintaan dengan berubahnya jumlah yang diminta. Untuk penawaran juga demikian, kita perlu membedakan antara penawaran dengan kuantitas yang ditawarkan. Kalau penawaran yang dimaksud adalah seluruh kurva penawaran, sebaliknya kuantitas yang ditawarkan yang dimaksud ialah titik tertentu pada sebuah kurva penawaran. Ini berarti juga bahwa kita perlu membedakan antara perubahan penawaran dengan perubahan jumlah yang ditawarkan.

Kita perhatikan Gambar 4.2.1. Dengan kurva penawaran akan barang ZSoSo, sebagai akibat meningkatkan harga barang Z dari semula setinggi OHo menjadi OH,, jumlah barang Z yang ditawarkan bertambah dari semula sejumlah OZo sekarang menjadi sejumlah OZ,. Perubahan ini tidak dapat disebut sebagai bertambahnya penawaran, oleh karena kurva penawaran tidak bergeser ke kanan. Tetapi kita sebut sebagai bertambahnya jumlah barang Z yang ditawarkan, oleh karena perubahan tersebut hanya merupakan perpindahan dari satu titik ke titik lain, dengan nilai yang lebih besar pada kurva penawaran yang sama.






Apabila kurva penawaran bergeser, barulah dikatakan terjadi perubahan penawaran. Bergesernya kurva penawaran ke kanan atau ke bawah, misalnya dari SoSo ke SIS1 dikatakan penawaran akan barang Z meningkat atau bertambah. Bertambahnya penawaran suatu barang dapat kita tandai: dengan harga barang yang tidak berubah, yang dalam contoh tetap setinggi OH., jumlah barang Z yang ditawarkan bertambah menjadi OZ 2' atau dengan kuantitas barang Z yang ditawarkan yang jumlahnya tetap sama, yaitu dalam contoh tetap sebanyak OZO, produsen mau menerima harga penjualan barang Z yang lebih rendah daripada sebelumnya. Dalam contoh kita, dengan kuantitas yang sama sebesar OZa produsen yang semula baru bersedia menjual jumlah tersebut dengan harga paling tidak setinggi OHo per unit, sekarang mau dibayar dengan harga OHZ per unit.

Sebaliknya gejala ekonomi berupa bergesernya kurva penawaran ke kiri atau ke atas, misalnya dari semula SoSo atau dari semula SS, ke SzS2 dikatakan adanya gejala menurunnya penawaran barang Z. Sebagai akibat menurunnya penawaran, maka dengan harga-harga yang sama, kuantitas barang Z yang ditawarkan berkurang. Misalnya kalau penawaran berkurang dari SoSo ke S,SZ, maka dengan harga barang Z setiap setinggi OHo, jumlah barang Z yang ditawarkan berkurang dari semula sebanyak OZo menjadi sebanyak OZ 3.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa kuantitas yang ditawarkan dapat berubah sebagai akibat berubahnya harga barang tersebut, berubahnya penawaran akan barang tersebut atau kombinasi kedua perubahan tersebut. Tetapi hendaknya diingat bahwa perubahan harga yang dibarengi oleh perubahan penawaran, meskipun kemungkinannya sangat kecil, bisa tidak mengakibatkan berubahnya jumlah yang ditawarkan.

Mengenai perubahan penawaran, faktor-fakior penyebabnya bermacam-macam, antara lain ialah:

1. Berubahnya harga input variabel. Apabila harga faktor produksi variabel yang dipakai dalam menghasilkan suatu barang meningkat, maka tendensinya kurva penawaran akan barang yang dihasilkan tersebut bergeser ke atas atau ke kiri. Ini kita katakan bahwa penawaran akan barang tersebut berkurang atau menurun.

2. Perubahan teknologi. Misalnya dulu orang menanam padi tidak mempergunakan pupuk buatan. Sebagai akibat diketemukannya pupuk buatan, meskipun ongkos total per hektar naik, ongkos produksi pada per kuintalnya menurun. Ini mengakibatkan dengan harga jual padi yang tingginya sama petani bersedia menjual padi dengan jumlah yang lebih banyak. Gejala ini disebut bertambahnya penawaran padi.

3. Perubahan produktivitas sumberdaya yang dipergunakan. Iklim, misalnya, merupakan salah satu sumberdaya; yaitu tergolong sebagai sumberdaya alam. Dengan berubahnya sifat iklim, misalnya saja dinyatakan dalam curah hujan, kecepatan angin, temperatur dan sebagainya, dapat menyebabkan musim panen kadang-kadang sangat baik dan kadang-kadang mengalami kegagalan. Ini membawa akibat berupa bergesernya kurva penawaran ke kanan pada tahun-tahun panenan berhasil baik dan ke kiri pada tahuntahun panenan mengalami kegagalan.

4.3. BENTUK KURVA PENAWARAN

Kalau kurva permintaan pada umumnya mempunyai bentuk ke kanan menurun, kurva penawaran akan suatu barang atau jasa pada umumnya mempunyai bentuk ke kanan naik. Sementara penulis menyebut kurva penawaran yang berbentuk ke kanan naik, dalam artian semakin tinggi harga jual suatu barang semakin banyak jumlah yang ditawarkan, sebagai kurva penawaran yang tunduk kepada hukum penawaran. Pada Gambar 4.3.1 kurva-kurva penawaran AA, BB, CC dan DD tunduk kepada hukum penawaran tersebut.
Di samping dengan bentuk yang dikatakan tunduk kepada hukum penawaran, sebetulnya
masih ada bentuk-bentuk lainnya yang dalam praktek juga banyak kita jumpai. Gambar 4.3.2 memuat kurva-kurva penawaran yang tidak tunduk kepada hukum penawaran. Kurva EE dapat merupakan kurva penawaran untuk jangka waktu yang sangat pendek, yang karenanya dapat kita sebut sebagai kurva penawaran seketika atau market period supply curve, yaitu kurva penawaran untuk jangka waktu yang demikian pendeknya sehingga produsen sama sekali belum mampu untuk menambah atau mengurangi jumlah pemakaian faktor produksi. Kurva FF dan kurva GG kedua-duanya dapat me rupakan kurva penawaran jangka panjang. Jangka panjangnya di sini dalam artian bahwa jangka waktu tersebut cukup panjang untuk memungkinkan produsen menyesuaikan pemakaian semua faktor





produksi terhadap perubahan permintaan. Kurva FF merupakan kurva penawaran jangka panjang dengan ongkos konstan atau constant cost long-run supply curve, sedangkan kurva GG disebut sebagai kurva penawaran jangka panjang dengan ongkos menurun atau decreasing cost long-run supply curve.

4.4. CATATAN MATEMATIKA
Menurunkanpersamaangariskurvapenawarancaranyatidakberbedadenganmenurunkan persamaan garis kurva permintaan. Untuk kurva penawaran yang berbentuk garis lurus kita dapat menggunakan formula (3.5.2), yaitu:

Gambar(3.5.2)

Zi = Zo aHl

ZZ = Zo aH

Berbeda dengan kurva permintaan yang pada umumnya memiliki angka koefisien arah yang bertanda minus, kurva penawaran pada umumnya memiliki angka koefesien arah yang bernilai positif.

Kalau kita misalnya ingin mengetahui persamaan garis kurva penawaran SS, seperti terlihat pada Gambar 4.1.1 yang dinyatakan dalam bentuk tabel terlihat seperti pada Tabel 4.1.1, kita cukup mengambil dua buah titik kedudukan, yang nilai Z dan nilai H-nya kita masukkan ke dalam pasangan persamaan ganda (3.5.2). Misalnya saja kita ambil titik c dan titik g, maka kita menemukan:

200 = Z0 + 300a

600 = Z0+ 3OOa

Kalau persamaan ganda tersebut di atas kita selesaikan, kita menemukan:

Zo = -100
a=1

yang berarti bahwa kurva penawaran SSZ tersebut mempunyai persamaan garis:

Z = -100 + H


Download Versi PDF :

Perilaku Harga Pasar dan Konsumen - Bab V Teori Harga Pasar

Teori harga pasar merupakan teori ekonomi yang menerangkan perilaku harga pasar barang-barang atau jasa-jasa individual. Isi teori harga pasar intinya ialah: harga suatu barang atau jasa yang pasarnya kompetitif tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar. Oleh karena itu dalam bab ini berturut-turut akan diuraikan mengenai permintaan pasar, penawaran pasar, harga pasar ekuilibrium, perubahan harga pasar, dan pengaruh perubahan permintaan terhadap harga pasar ditinjau dari dimensi waktu. Di samping itu beberapa hal penting yang menyangkut teori harga pasar juga disajikan pada bagian-bagian akhir bab ini.

5.1. PERMINTAAN PASAR

Permintaan pasar suatu barang merupakan kurva gabungan atau hasil penjumlahan kurva-kurva permintaan individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Sebagai contoh misalnya saja: rumah-rumah tangga keluarga yang terjangkau oleh sebuah pasar mengenai pola permintaannya akan barang Z dapat dibedakan ke dalam tiga golongan, yaitu golongan pendapatan tinggi menengah dan rendah, yang masing-masing golongan tiap anggotanya berturut-turut mempunyai kurva permintaan individual yang terbentuk oleh angka-angka kolorn (1) dan (2), kolom (1) dan (3), dan kolom (1) clan (4) Tabe15.1.1, serta berturut-turut mempunyai jumlah anggota: 1000 orang, 2000 orang dan 5000 orang.

Berdasarkan data kurva-kurva permintaan individual tersebut di atas kita dapat menurunkan kurva permintaan kolektif untuk masing-masing golongan pendapatan.

Oleh karena kurva permintaan pasar merupakan kurva permintaan kolektif yang mencakup seluruh permintaan individual yang terdapat dalam suatu daerah pasar, maka pasangan kolom (1) dan kolom (8) membentuk kurva permintaan pasar barang Z, di mana kolom (8) angka-angkanya merupakan hasil penjumlahan angka-angka kolom (5), kolam (6) clan kolom (7), dan di mana:

Kolom (5) = nilai angka kol (2) x 1000
Kolom (6) = nilai angka kol (3) x 2000
Kolom (7) = nilai angka kol (4) x 5000

Pengungkapan dengan menggunakan grafik untuk kurva-kurva permintaan tersebut dimuat pada Gambar 5.1.1. Pada Gambar ini: kurva AA merupakan kurva permintaan


konsumen kolektif golongan masyarakat berpendapatan tinggi, yang dalam Tabel 5.1.1 terbentuk dari pasangan angka-angka pada kolom (1) clan kolom (5); kurva BB merupakan kurva permintaan kolektif golongan masyarakat berpendapatan menengah yang dalam tabel terbentuk dari pasangan angka-angka kolom (1) dan kolom (6); dan kurva CC merupakan kurva permintaan kolektif golongan masyarakat berpendapatan rendah yang angka-angkanya pada tabel termuat dalam bentuk pasangan kolom (1) dan (7). Akhirnya, kurva AB'C'D' merupakan kurva permintaan pasar barang Z, yang pada Tabel 5.1.1 terbentuk dari pasangan angka-angka kolom (1) dan kolom (8).

5.2. PENAWARAN PASAR

Penawaran pasar suatu barang merupakan kurva gabungan atau kurva hasil penjumlahan kurva-kurva penawaran individual akan barang tersebut yang terjangkau oleh sebuah pasar. Mengenai cara menurunkan kurva penawaran pasar sama seperti menurunkan kurva permintaan pasar dari kurva-kurva permintaan individual.

Sebagai contoh misalnya, dalam sebuah daerah pasar terhadap 300 produsen barang Z yang masing-masing memiliki kurva penawaran produsen individual dengan persamaan garis:

Zi=-10+0,1H....................................................(5.2.1) di mana
Zi =jumlah barang Z yang sebuah rumah tangga perusahaan bersedia untuk menjualnya dinyatakan dalam kilogram per satuan waktu. H = Harga per kilogram barang Z dalam rupiah.

Dari perusahaan kurva penawaran individual yang diketahui kita dapat menemukan persamaan kurva penawaran pasar barang Z. Oleh karena jumlah produsen barang Z sebanyak 300, maka kurva penawaran pasar mempunyai persamaan garis:

Z= 300 Zj = 300 (-10 + 0,1 H)
Z = -3000 + 30H................................................(5.2.2) di mana

Z = jumlah barang Z dalam kilogram yang dihasilkan oleh semua produsen barang Z.

Dalam bentuk tabel kurva-kurva penawaran Z terlihat seperti pada Tabe15.2.1. Pada tabel ini pasangan kolom (1) dan (2) membentuk kurva penawaran individual barang Z, sedangkan pasangan kolom (1) dan (3) membentuk kurva penawaran pasar barang Z.
Kurva penawaran produsen individual akan barang Z dan kurva penawaran pasar barang Z dalam bentuk grafik diungkapkan berturut-turut sebagai garis Ss dan SSz. Gambar 5.2.1. Oleh karena dari ketiga ratus rumah tangga perusahaan yang tercakup dalam daerah pasar mempunyai garis penawaran individual yang sama, maka dengan sendirinyakurva penawaran pasar SSz tentu bermula dari titik pertemuan kurva penawaran individual Ss dengan sumbu harga. Selanjutnya dapat pula dikemukakan bahwa jarak titik-titik kedudukan pada kurva penawaran pasar SSz ke sumbu harga selalu sama dengan 300 z jarak antar titik-titik kedudukan kurva penawaran individual terhadap sumbu harga. Titik kedudukan C pada garis SSz misalnya, jaraknya dari A sama dengan 300 x jarak AB

5.3. HARGA PASAR

Setelah kita mengetahui hal ihwal mengenai kurva pernuntaan pasar dan kurva penawaran pasar, kita dapat menerangkan terbentuknya harga pasar. Untuk ini kita perhatikan Gambar

5.3. 1. di mana pada tabel disampingnya dimuat nilai-nilai variabel-variabel berikut :
(1) Kemungkinan harga satuan barang Z,
(2) Jumlah barang Z yang diminta (D) persatuan waktu,
(3) Jumlah barang Z yang ditawarkan (S) persatuan waktu,
(4) Excess demand atau kelebihan permintaan (Xp), yang merupakan kelebihan jumlah yang diminta (D) dari jumlah yang ditawarkan (S),
(5) Excess supply atau kelebihan penawaran (Xs), yang merupakan kelebihan jumlah yang ditawarkan (S) dari jumlah yang diminta (D).
Dari gambar jelas bahwa titik potong antara kurva permintaan pasar (DD) dan kurva penawaran pasar (SS) terdapat pada harga per satuan barang Z setinggi Rp 400 dan jumlah yang dijual-belikan sebanyak 9 ton. Pada harga tersebut nilai XD maupun XS masing-masing sebesar nol, yang mempunyai makna bahwa pada harga Rp400/Z tidak terdapat kelebihan permintaan ataupun kelebihan penawaran. Jumlah yang para konsumen ingin dan sanggup membelinya sama dengan jumlah yang oleh para produsen ingin dan sanggup untuk menjualnya. Dalam keadaan seperti ini dengan sendirinya tidak timbul adanya gejala perubahan harga barang Z. Oleh karena itu harga Rp 400/Z dalam contoh di atas, yaitu harga setinggi titik potong antara kurva permintaan pasar dengan kurva penawaran pasar, disebut sebagai harga ekuilibrium barang Z.

Pasar barang atau jasa dikatakan berada dalam keadaan disekuilibrium apabila harga barang atau jasa tersebut serta kuantitas yang ditawarkan dan atau yang diminta mempunyai kecenderungan untuk mengalami perubahan. Keadaan ini terj adi apabil a harga yang terj adi di pasar berada di atas atau di bawah harga ekuilibrium. Pada harga Rp600/Z misalnya, jumlah yang diminta sebanyak 3 ton, yaitu sepanjang AB, sedangkan jumlah yang ditawarkan sebanyak 15 ton, yaitu sepanjang AC. Oleh karena itu terdapat kelebihan penawaran atau excess supply sebanyak 15 ton - 3 ton = 12 ton. Yang dalam grafik XS = AC - AB = BC.

Adanya kelebihan penawaran mempunyai makna bahwa barang yang dihasilkan oleh produsen sebagian, yaitu sebesar kelebihan penawaran, tidak laku terjual. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, maka tendensinya produsen yang menghadapi kelebihan penawaran menurunkan harga jualnya. Oleh karena konsumen bersikap rasional dan barang yang dibelinya homogen maka mereka cenderung memilih untuk membeli yang lebih murah. Ini berarti harga pasar barang Z menurun. Menurunnya harga barang Z akan diikuti oleh meningkatnya jumlah barang Z yang diminta dan menurunnya jumlah barang Z yang ditawarkan. Dengan demikian, yaitu sebagai akibat meningkatnya nilai D dan menurunnya nilai S, jumlah kelebihan penawaranakan mengecil. Meskipun mengecil, selama kelebihan penawaran masih kita jumpai, harga barang Z bertendensi terus menurun.

Sebaliknya pada harga-harga di bawah titik potong kurva permintaan pasar dengan kurva penawaran pasar, terjadi kelebihan permintaan. Pada harga Rp200/Z misalnya, yang dalam grafik adalah OF, jumlah yang ditawarkan hanya sebanyak 3 ton atau FG, sedangkan yang diminta 25 ton atau FH. Ini berarti terdapat kelebihan permintaan sebesar 22 ton atau GH. Dengan adanya kelebihan permintaan berarti ada sebagian dari keinginan untuk membeli barang Z yang tidak terpenuhi. Oleh karenanya untuk dapat memperoleh barangZ dengan jumlah seperti yang diinginkan, konsumen tendensinya mau menawar dengan harga yang lebih tinggi. Akibatnya harga pasar barang Z naik. Naiknya harga barang Z bertendensi menruangi jumlah barang Z yang diminta dan meningkatkan jumlah barang Z yang ditawarkan. Dan karenanya juga memperkecil kelebihan permintaan. Pada harga Rp 300/Z misalnya kelebihan permintaan tinggal sebanyak 11 ton. Akan tetapi meningkatnya harga barang Z disitu, sebab pada harga Rp 300/Z tersebut masih kita jumpai adanya kelebihan permintaan. Meningkatnya harga akan terhenti pada ketinggian Rp 400/Z yaitu di mana tidak ada kelebihan permintaan maupun kelebihan penawaran.

Uraian di atas dapat kita ringkas sebagai berikut :

1. Harga di atas titik potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran mengakibatkan adanya kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran akan mengakibatkan harga barang tersebut turun. Penurunan harga tersebut mengakibatkan mengecilnya kelebihan penawaran. Selama masih terdapat kelebihan penawaran masih akan terjadi proses penurunan harga yang diikuti oleh menurunnya kelebihan penawaran. Penurunan harga akan terhenti setelah kelebihan penawaran mencapai nol. Keadaan ini tercapai pada harga yang ditunjukkan oleh titik potong antara kurva permintaan dengan kurva penawaran pasar.

2. Pada harga-harga di bawah titik potong antara kurva permintaan pasar dengankurva penawaran pasar juga disebut hargadisekuilibrium dan mengakibatkan adanyakelebihan permintaan. Kelebihan permintaan akan mengakibatkan meningkatnya harga. meningkatnya harga mengurangi besarnya kelebihan permintaan. Proses ini akan terus berjalan selama harga yang terjadi masih berada di bawah titik potong antara kurva permintaan dan penawaran pasar. Setelah harga mencapai ketinggian titik potong tersebut barulah proses perubahan harga terhenti.

3. Titik potong antara kurva permintaan pasar dengankurva penawaran pasar disebut titik ekuilibrium. Harga setinggi yang ditunjukkan oleh titik ekuilibrium disebut harga ekuilibrium, oleh karena harga tersebut tidak mempunyai tendensi untuk berubah. Sedangkan kuantitas yang ditunjuk oleh titik ekuilibrum disebut kuantitas ekuilibrium, mengingat bahwa dengan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran yang ada kuantitas tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk berubah. Kuantitas ekuilibrium ini menunjukkan baik jumlah produksi ekuilibrium maupun juga jumlah konsumsi ekuilibrium barang bersangkutan oleh masyarakat yang terjangkau oleh pasar bersangkutan.

5.4. PERUBAHAN HARGA PASAR

Data statistik harga barang-barang dan jasa jasa menunjukkan ada yang berubah dari musim ke musim, bulan ke bulan, minggu ke minggu, hari ke hari, bahkan ada juga yang berubah dari jam ke jam. Untuk barang-barang dan jasa jasa yang pasarnya kompetitif, baik dalam bentuk persaingan sempurna maupun dalam bentuk persaingan murni,9 perubahan tersebut selalu dapat dihubungkan dengan perubahan-perubahan permintaan pasar, penawaran pagar atau kombinasi dari perubahan-perubahan tersebut. Di bawah ini diuraikan berbagai keniungkinan perubahan harga untuk barang-barang dan jasa-jasa yang permintaan dan penawaranya berbentuk normal.

Yang dimaksud dengan permintaan pasar yang mempunyai bentuk normal di sini adalah seperti telah diuraikan di depan, yaitu bentuk permintaan pasar di mana berlaku hukum permintaan, yaitu jumlah barang yang diminta berubahnya berlawanan arah dengan perubahan harga barang bersangkutan. Sedangkan yang kita maksud dengan kurva penawaran pasar yang berbentuk normal ialah kurva penawaran pasar di mana berlaku hukum penawaran, yaitu bahwa kuantitas barang yang ditawarkan berubahnya searah dengan perubahan harga barang bersangkutan.
Dengan menunjuk pada Gambar 5.4.1. berbagai macam kemungkinan berubahnya per#nintaan pasar dan atau penawaran pasar beserta pengaruhnya terhadap harga pasar ekuilibrium dan kuantitas ekuilibrium barang bersangkutan dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

A. Permintaan Berubah, Penawaran Tetap
A.1. Permintaan Bertambah, Penawaran Tetap ;
1. Harga ekuilibrium naik. Yaitu dari H° ke H,.
2. Kuantitas ekuilibrium naik. Yaitu dari Za ke Z,.
A.2. Permintaan Berkurang, Penawaran Tetap :
1. Harga ekuilibrium turun. Yaitu dari Ho ke Hi.
2. Kuantitas ekuilibrium berkurang, yaitu dari Zo ke Zl.

B.1. Penawaran Bertambah, Permintaan Tetap :
1. Harga ekuilibrium menurun. Yaitu dari Ho ke H,.
2. Kuantitas ekuilibrium bertambah. Yaitudani Zo ke Zl.
B.2. Penawaran Berkurang, Permintaan Tetap :
1. Harga ekuilibrium naik. Yaitu dari Ho ke H,.
2. Kuantitas ekuilibrium berkurang. Yaitu dari Z° ke Z,.

C. Permintaan Berubah, Penawaran Berubah
C. 1. Permintaan Bertambah, Penawaran Bertambah :
1. Harga ekuilibrium tidak dapat dipastikan perubahannya. Dapat naik, dapat turun, dan dapat pula tidak berubah, tergantung kepada perbedaan intensitas perubahan pada permintaan dan penawaran dan juga tergantung kepada perbedaan elastisitas. Untuk kasus ini perubahan harga tidak dapat dipastikan oleh karena unsur bertambahnya permintaan bertendensi menaikkan harga, sebaliknya bertambahnya penawaran bertendensi menurunkan harga (Lihat kasus A.l.dan B.1.).
2. Kuantitas ekuilibrium bertambah. Yaitu dari Z ke Z,. Bertambahnya kuantitas ekuilibrium ini dapat dipastikan mengingat bahwa bertambahnya permintaan dan bertambahnya penawaran terhadap kuantitas ekuilibrium membawa akibat yang sama; yaitu masing-masing mempunyai akibat berupa meningkatnya kuantitas ekuilibrium (Lihat kasus A. 1. dan B. 1.).
C.2. Permintaan Berkurang, Penawaran Berkurang :
1. Harga ekuilibrium tidak dapat dipastikan perubahannya. Dapat naik, dapat turun dan dapat pula tidak berubah. Jadi sama dengan kasus C. 1. Perubahan harga tidak dapat dipastikan mengingat di satu fihak berkurangnya permintaan bertendensi menurunkan harga, {lihat kasus A.2.), sedangkan berkurangnya penawaran bertendensi meningkatkan harga (lihat kasus B.2.).

5.5. PENGARUH PERUBAHAN PERMINTAAN DITINJAU MENURUT DIMENSI WAKTU

Kita telah mengetahui bahwa bertambahnya permintaan mempunyai tendensi mengakibatkan meningkatnya harga pasar. Meningatkanya harga pasar, yang dari sudut pandangan produsen merupakan kenaikan harga jual mereka, bertendensi menimbulkan keinginan para produsen untuk menjual lebih banyak daripada sebelumnya. Akan tetap keinginan untuk meningkatkan volume penjualan mereka tersebut tidaklah mereka laksanakan seketika. Pertama-tama mereka akan mempertimbangkan apakah harga jual yang lebih tinggi daripada sebelumnya tersebut akan berlangsung lama ataukah tidak. Untuk memperoleh keyakinan tersebut pada umumnya memerlukan waktu. Kedua ialah bahwa untuk dapat menjual jumlah lebih banyak dibandingkan sebelumnya produsen harus memprodusir jumlah yang lebih banyak. Untuk menghasilkan hasil produksiyang lebih banyak, mereka perlu membeli bahan yang lebih banyak, mungkin juga perlu menambah karyawan mungkin juga perlu menambah mesin, dan seterusnya. Untuk menambah tersedianya persediaan hasil produksi, menambah tersedianya bahan-bahan baku tersebut diperlukan waktu. Apalagi menambah jumlah karyawan. Lebih-lebih lagi kalau mereka ingin menambah mesin, waktu yang diperlukan akan lebih lama lagi. Kenyataan semacam ini mendorong para pemikir ekonomi untuk membedakan tiga macam

periode pasar atau market period, yaitu :(1) periode pasar seketika atau immediate market periode, (2) periode pasar jangka pendek atau short-run market period dan (3) periode pasar jangka panjang atau long run market period. Masing-masing dari ketiga macam

periode pasar ini mempunyai harga dan kuantitas ekuilibrium. Untuk menerangkan mengenai perbedaan harga dan kuantitas ekuilibrium dari berbagai pasar tersebut kita pergunakan Gambar 5.5.1.

Periode Pasar Seketika

Periode pasar seketika adalah periode yang demikian pendeknya hingga tidak memungkinkan bagi produsen untuk mengubah jumlah hasil produksinya. Dengan demikian maka dalam periode pasar seketika kuantitas yang ditawarkan adalah tetap atau fixed, sehingga kurva penawarannya sejajar dengan sumbu harga. Pada Gambar 5.5.1. kurva penawaran pasar seketika digambarkan oleh kurva SSSS. Dengan kurva penawaran pasar seketika SSSS ini bertambahnya permintaan dari DODO ke D1D1 menghasilkan harga ekuilibrium pasar seketika OH's clan kcrantitas ekuilibrium pasar seketika OZ'S.

Periode Pasar Jangka Pendek
Kalau dalam periode pasar seketika yang biasa jugahanya disingkat periode pasar atau market periode para produsen belum sempat menambah atau mengurangi jumlah hasil produksinya sehingga supplynya fixed, maka dalam periode jangka pendek produsen sudah dapat memperbesar atau memperkecil hasil produksinya clan juga belum memungkinkan timbulnya produsen-produsen baru dalam hal ada kenaikan permintaan, atau tutupnya produsen-produsen tertentu dalam hal ada penurunan permintaan pasar. Dengan demikian bentuk kurva penawaran sudah mengikuti hukum penawaran, yaitu ke kanan naik. Pada gambar 5.5.1. kurva penawaran pasar jangka pendek digambar sebagai
garis SPeSPe. Dengan kurva penawaran pasar jangka pendek SPeSPe, ini harga ekuilibrium jangka pendek tercapai pada ketinggian H'pe dan kuantitas ekuilibrium jangka pendek tercapai pada jumlah OZ'Pe per satuan waktunya.

Periode Jangka-Panjang
Dalam periode jangka panjang produsen-produsen tidak hanya cukup waktu untuk menyesuaikan jumlah hasil produksinya dengan cara menambah atau mengurangi penggunaan faktor-faktor produksi variabel, akan tetapi juga cukup waktu untuk menambah atau mengurangi kapasitas produksinya sesuai dengan kenaikan atau penurunan permintaan pasar yang terjadi. Di samping itu periode jangka panjang juga harus cukup panjang untuk memungkinkan perusahaan-perusahaan baru rnemasuki industry atau perusahaan-perusahaan yang kurang efisien meninggalkan industri. Dengan demikian mudahlah kiranya untuk difahami bahwa pembedaan diantara ketiga periode pasar tersebut diungkapkan sebagai berikut. Periode pasar seketika adalah jangka waktu yang demikian pendek sehingga semua faktor produksi bagi semua produsen merupakan faktor produksi tetap. Periode pasar.jangka pendek merupakan jangka waktu di mana sebagian faktor produksi merupakan faktor produksi variabel sedang selebihnya merupakan faktor produksi tetap. Periode pasar jangka-panjang merupakan kurun waktu yang cukup panjang yang memungkinkan semua faktor produksi inerupakan faktor produksi variabel .

Mengingat akan hal-hal tersebut maka mudahlah difahami bahwa kurva penawaran pasar jangka panjang lebih datar daripada kurva penawaran jangka-pendek. Bahkan mungkin terjadi bahwa kurva penawaran pasarjangka panjang sejajar dengan sumbu kuantitas atau bahkan mempunyai lereng yang negatif dalam arti ke kanan menurun. Dalam contoh Gambar 5.5.1. kurva penawaran pasar jangka panjang untuk barang Z tergambar sebagai garis SpaSpa. Dengan kurva penawaran jangka panjang ini harga dan kuantitas ekuilibrium jangka panjang tercapai pada titik G, yang menghasilkan harga ekuilibrium jangka panjang OH' pa dan kuantitas ekuilibrium jangka panjang OZ' pa.
Dari Gambar 5.5.1. kalau kita bandingkan antara ketiga periode pasar tersebut, maka
sebagai akibat daripada bertambahnya permintaan pasar dari DODO ke DID, seketika harga
barang X naik dari Ho ke H's. Kemudian dengan bertambahnya penawaran sebagai akibat daripada bertambah besarnya hasil produksi para produsen dalam periode jangka pendek,harga akan menurun ke H'pe dan kuantitas ekuilibrium yang semula sebanyak OZ'S bertambah menjadi OZ' p9 . Menurunnya harga clan bertambahnya kuantitas ekuilibrium akan diteruskan oleh kenaikan hasil produksi sebagai akibat daripada tersedianya kapasitas produksi yang lebih besar yang dimiliki baik oleh produsen-produsen baru maupun produsen-produsen lama, sampai tercapainya harga OH'pa dan kuantitas OZ'pa.

Pembedaan antara ketiga macam periode pasar tersebut berlaku juga untuk kasus penurunan permintaan pasar, yang secara singkat dapat diikhtisarkan sebagai berikut. Dengan kurva-kurva penawaran pasar seketika SSSS, kurva penawaran pasar jangka pendek SpeSpe, dan kurva penawaran pasar jangka panjang SpaSpa, berkurangnya permintaan pasar dari DODO ke DZDZ akan diikuti mula-mula oleh penurunan harga barang Z dari OHO ke OH2S dengan kuantitas ekuilibrium pasar seketika tetap sebesar OZ'S. Dengan berlalunya periode pasar jangka pendek harga ekulibrium akan diteruskan naik sampai terhenti pada harga OH2pa dan kuantitas ekuilibrium akan dilanjutkan untuk menurun sampai tercapai kuantitas ekuilibrium jangka panj ang OZ2 pa' Selama permintaan pasar tidak lagi mengalami perubahan, maka harga ekuilibrium akan tetap pada ketinggian OH2pa kuantitas ekuilibrium OZ2pa .

5.6. KONSEPSI MAKSIMUM DAN KONSEPSI MINIMUM KURVA PERMINTAAN DAN KURVA PENAWARAN.

Kita sudah berkali-kali menyebut clan bahkan mempergunakan istilah-istilah kurva permintaan dan kurva penawaran. Dengan demikian dapatlah diartikan kita telah dapat menyelami arti kedua istilah tersebut dengan baik. Namun demikian kiranya ada manfaatnya bagi kita untuk mencoba memahami dengan lebih teliti mengenai kedua pengertian tersebut, agar supaya kita dapat menghindarkan diri sejauh mungkin dari penarikan kesimpulan-kesimpulan yang keliru atau menyesatkan.

Sebenarnya baik pengertian kurva permintaan mattpun kurva penawaran menyangkut suatu medan. Kurva permintaan dan kurva penawaran sebetulnya hanya merupakan batas. yang memisahkanantara medan dengan kemungkinan-kemungkinan dapat terjadi transaksi dengan medan yang tidak memiliki kemungkinan dapat terjadinya transaksi. Dalam hubungan ini dapatlah dikatakan bahwa :
(a) kurva permintaan merupakan konsepsi maksimum baik dari segi kuantitas maupun dari segi harga, dan
(b) kurva penawaran merupakan konsepsi maksimum dari segi kuantitas akan tetapi merupakan konsepsi minimum dari segi harga.

Kita perhatikan Gambar 5.6.1. Bidang yang membentang dari garis permintaan DD2 ke kiri clan ke bawah sampai mencapai sumbu harga clan sumbu kuantitas, yaitu yang dalam gambar ditandai dengan garis-garis tipis dengan arah dari kiri ke bawah ke kanan atas dan membentuk segi tiga DDZO merupakan daerah di mana dari segi konsumen atau pembeli, transaksi pembelian bisa terjadi. Daerah ini kita beri sebutan medan kemungkinan transaksi pembelian. Kurva permintaan dikatakan merupakan konsepsi maksimum dari segi kuantitas dalam arti bahwa pada harga OH, misalnya, konsumen paling banyak mau membeli barang Z sebanyak yang ditunjukkan oleh titik A pada kurva permintaan DDZ; yaitu maksimum sebanyak OZ1 Konsumen tidak akan membeli lebih daripada OZ1 meskipun bisakurang dari OZ1 Sebaliknya yang dimaksud dengan konsepsi maksimum dari segi harga ialah bahwa untuk mau membeli sebanyak OZ1 konsumen memasyaratkan harga paling tinggi setinggi OH1 lebih rendah mungkin, tetapi lebih tinggi tidak mungkin.

Selanjutnya mengenai kurva penawaran, di atas telah dikatakan bahwa kurva penawaran merupakan konsepsi maksimum dari segi kuantitas. Maksudnya ialah kuantitas-kuantitas yang ditunjukkan oleh titik-titik kedudukan ialah kuantitas-kuantitas yang ditunjukkan oleh titik-titik kedudukan yang ada pada kurva penawaran SSZ semuanya menunjukkan kuantitaskuantitas maksimum; jadi persis seperti yang berlaku untuk kurva permintaan. Dari segi harga, di lain fihak, kurva penawaran merupakan konsepsi minimum dalam arti bahwa hargaharga yang ditunjukkan oleh titik kedudukan pada kurva penawaran menunjukkan hargaharga terendah.

Jadi misalnya dalam gambar dengan kurva penawaran SSZ untuk mendorong produsen mau menghasilkan dan menjual barang Z sebanyak OS2 harga jual harus bisa ditetapkan minimum setinggi OH2.

Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa bidang yang dimulai dari kurva penawaran SSZ ke kiri dan ke atas yang pada gambar ditandai dengan garis-garis tipis dengan arah dari kiri atas ke kanan bawah, dapat kita sebut sebagai medan kemungkinan transaksi penjualan.

Selanjutnya dari gambar dapatkita saksikan bahwa medan kemungkinan transkasi penjualan bertumpang tindih dengan medan kemungkinan transaksi pembelian. Bagian yang bertumpangtindih ini dalam contoh Gambar 5.6.1. merupakan segi tiga DES dan
yang kita sebut sebagai medan kemungkinan transaksi pasar. Hanya dalam medan kemungkinan transkasi pasar inilah transkasijual beli dapat terjadi.

Dengan menyadari bahwa kurva penawaran merupakan konsepsi maksimum baik dari segi harga maupun dari segi kuantitas dan kurva penawaran merupakan konsepsi maksimum dari segi kuantitas akan tetapi minimum dari segi harga, kita dapat terhindar dari kesalahan untuk mengasumsikan dapat terjadinya transaksi-transkasi pada titik-titik kedudukan F, G dan N pada Gambar 5.6.1. Dari empat titik kedudukan F, G, M dan n, hanya titik M saja transkasi dapat terjadi, sekalipun transaksi tersebut berada dalam keadaan disekuilibrium. Transaksi jual beli antara produsen dengan konsumen tidak akan terjadi pada titik-titik kedudukan F, G, maupun N mengingat bahwa : (a) pada titik F meskipun produsen mau mengadakan transaksi akan tetapi konsumen tidak menghendakinya, karena titik F berada di luar medan kemungkinan transkasi pembelian; (b) pada titik N, sebaliknya konsumen menghendakinya, produsen tidak bersedia mengadakan transaksi penjualan; dan (c) pada titik G baik konsumen maupun produsen tidak menghendaki mengadakan jual beli sebanyak dan dengan ketinggian harga seperti ditunjukkan oleh titk G.

5.7. PASAR KOMPETITIF

Teori harga pasar, yang merupakan pokok pembicaraan bab ini dan yang isinya menyebutkan bahwa harga suatu barang ditentukan oleh permintaan pasar dan penawaran pasar akan barang bersangkutan, hanya berlaku dalam bentuk pasar tertentu, yaitu bentuk pasar persaingan yang dapat pula disebut pasar kornpetitif.

Biasanya dibedakan dua macam bentuk pasar persaingan di mana teori harga pasar seperti disebutkan di atas berlaku. Yaitu pasar persaingan murni atau pure competition dan persaingan sempurna atau perfect competition. Apabila dari enam syarat tersebut di bawah ini semua dipenuhi maka pasar dikatakan mempunyai bentuk pasar persaingan sempurna, sedangkan apabila hanya lima syarat yang pertama yang terpenuhi maka pasar dikatakan mempunyai bentuk pasar persaingarr inurni. Keenam syarat yang dimaksudkan ialah :

1. Banyak Pembeli
Yang dimaksud di sini ialah bahwa jumlah pembeli barang tersebut sedemikian banyak sehingga tidak seroang pembelipun secara individual dapat mempengaruhi harga di pasar. Dengan perkataan lain, besarnya transaksi pembelian oleh masing-masing konsumen individual adalah sangat kecil dibandingkan dengan volume transaksi keseiuruhan yang terjadi dipasar, sehinggaperubahan jumlah pembelian yang dilakukan oleh seorang pembeli individual tidak akan mengakibatkan berubahnya harga pasar.

2. Banyak Penjual
Yang dimaksud di sini juga bahwa jumlah penjual atau produsen daripada barang tersebut adalah sedemikian banyaknya sehingga tidak ada seorang produsenpun sdcara individual dapat mempengaruhi harga pasar.

3. Produknya Homogen
Homogen tidaknya suatu produk terutama ditentukan oleh pembeli. Barang yang sama dibungkus dan diberi merek dagang yang berbeda misalnya, bisa dianggap berbeda oleh pembeli; yang oleh karenanya kita kategorikan sebagai barang yang heterogen. Untuk produk yang homogen pembeli tidak dapat, atau mungkin juga tidak perlu, membedakan produk mana yang dihasilkan oleh produsen A dan produk mana yang dihasilkan oleh produsen B.

4. Bebas Keluar - Masuk "Industri".
Yang dimaksud dengan industry dan yang kita istilahkan dengan bidang usaha, dapat didefinisikan sebagai keseluruhan daripada rumah-rumah f,igga perusahaan yang menghasilkan produk yang sama.'' Yang dimaksudkan bebas memasuki atau ke luar dari industry ialah tidak adanya rintanganrintangan, baik rintangan buatan manusia ataupun rintangan alamiah yang menghalang-halangi seseorang atau suatu badan usaha untuk ikut berusaha dalam bidang usaha tersebut maupun untuk meninggalkan bidang usaha tersebut. Lazimnya suatu bidang usaha atau industry,dimasuki oleh rumah-rumah tangga perusahaan baru, pada masa-masa bidang usaha tersebut mempunyai prospek yang baik. Sebaliknya bidang usaha atau industry tersebut akan ditinggalkan oleh sementara rumah-rumah tangga perusahaan yang ada,pada masa-masa bidang usaha tersebut mempunyai prospek tidak menguntungkan.

5. Sumber-sumber Daya Mempunyai Mobilitas Yang Tinggi.
Sumber-sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang, yang pada umumnya dibedakan antara sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya modal, semuanya harus mempunyai mobilitas yang tinggi dalam arti mudah bergerak untuk meninggalkan atau memasuki bidang usaha tersebut.

6. Pengetahuan sempurna daripada pelaku-pelaku ekonomi.
Yang dimaksud dengan pelaku-pelaku ekonomi di sini khususnya ialah rumah-rumah tangga keluarga sebagai pembeli danrumah-rumah tangga perusahaan sebagai penghasil dan penjual barangbarang dan j asa-jasa konsumsi. Untuk memenuhi persyaratan bentuk pasar persaingan rumah-rumah tangga keluarga harus mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai pasar dalam arti bahwa mereka harus tahu antara lain harga-harga barang yang sama yang dibayar oleh sesama pembeli atau yang diterima oleh setiap penjual. Syarat yang sama perlu pula dipenuhi oleh para produsen.

Kalau kita teliti ke enam syarat tersebut di atas, syarat nomor 5 sebenarnya sudah tercakup dalam syarat nomor 4. Yaitu dengan cara lain dapat diungkapkan bahwa untuk terpenuhinya syarat nomor 4 perlu dipenuhi syarat nomor 5. Apabila sumberdaya tidak cukup mobil, tidak mungkin terdapat free entry. Selanjutnya, kalau kita perhatikan syarat nomor 4, sebenarnya sedikit-banyak juga merupakan syarat untuk bisa terealisirnya syarat nomor 2. Yang kita maksud ialah bahwa syarat berupa cukup banyaknya penjual tidak dapat secara terus-menerus dipenuhi kalau tidak ada kebebasan ke luar-masuk industry. Dengan demikian kiranya mudah difahami bahwa dalam liteatur dijumpai juga sementara penulis yang tidak mengikut sertakan syarat nomor 4 dan nomor 5 sebagai syaratuntuk dapat disebutkan pasar persaingan sempurna, dan hanya menyebutkan empat syarat, yaitu :(1) banyak penjual, (2) banyak pembeli, (3) produknya homogen, dan (4) pengetahuan yang sempurna dimiliki oleh para pembeli dan penjual. Sedangkan untuk pasar persaingan murni, tiga syarat yang pertama perlu dipenuhi, sedangkan syarat ke empat tidak berlaku.

5.8. CATATAN MATEMATIKA

Untuk bab ini catatan matematika yang perlu disajikan ialah cara menemukan harga pasar ekuilibrium. Dengan diketahuinya persamaan garis kurva permintaan psar dan kurva penawaran pasar harga pasar ekuilibrium dapat kita temukan dengan menyelesaikan kedua persamaan tersebut secara simultan. Dengan cara yang sama atau dengan jalan memasukkan nilai harga ekuilibrium yang sudah kita temukan ke dalam salah satu persamaan, kita akan menemukan nilai kuantitas ekuilibrium. Kita perhatikan contoh di bawah ini.

Sebuah pasar barang Z memiliki kurva permintaan pasar dan kurva penawaran pasar dengan persamaan-persamaan fungsi :
(a) kurva permintaan pasar : Z= 2100 - 3H
(b) kurva penawaran pasar : Z=- 300 + 3H

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut kita dapat menemukan harga satuan barang Z ekuilibrium :

Z =2100-3H
Z =-300+3H
____________

0 =2400-6H
6H = 2400
H = 400

Dengan memasukkan nilai Z = Rp 400 ke dalam persamaan ke satu, kita menemukan :
Z = 2100 - 3(400)
= 2100 - 1200 = 900

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa kuantitas ekuilibrium, yaitu yang menunjukkan jumlah ekuilibrium Z yang dihasilkan dan yang dikonsumsi per satuan waktu, adalah sebesar 900 satuan.


Download Versi PDF :